Dalam kesempatam serupa, Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto meyakini pelaku usaha mikro dan kecil akan mampu bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Para UKM di Indonesia sudah banyak belajar dari krisis yang dialami negeri ini. Yaitu, krisis moneter 1998, 2003, 2005, 2008, 2017, hingga 2018. Mereka menjadi lebih tangguh dan responsif ketika krisis global melanda ke Indonesia", ujar Ryan.
Indikator lain, ungkap Ryan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini sekitar 12,6 persen yang didominasi sektor pertanian, industri, dan perdagangan (usaha besar, menengah, dan kecil). Transaksi pembayaran sektor ritel juga terus meningkat signifikan.
"Memang, ada pelambatan kredit perbankan di sektor UMKM. Tapi, saya meyakini itu hanya sementara dan akan kembali meningkat pada 2019," ujar Ryan.
Sementara itu, pelaku UKM Du'Anyam (social enterprise) Juan Firmansyah, menyebutkan pelaku UKM di Indonesia harus mampu berpikir global. Terlebih lagi, perilaku konsumen saat ini sudah mengalamk perubahan dari konvensional menjadi online. "Kita harus mengembangkan website yang mendisplay seluruh produk kita hingga bisa dinikmati seluruh dunia," kata Juan.
Saat ini, Du'Anyam sudah mampu produksi 5.000 produk anyaman dengan memberdayakan kaum perempuan (ibu-ibu) di Flores.
Juan menjelaskan, saat ini produk anyaman Du'Anyam asal Flores (NTT) sudah menembus pasar AS, eropa, Jepang, Korea, Australia, Denmark, dan sebagainya. "Meski begitu, pasar domestik juga harus tetap kita jaga dan pertahankan. Kami ekspansi pasar hingga ke Papua, Kalimantan, dan Jatim. Pokoknya, kita harus lebih kreatif dalam mengembangkan pasar," pungkas Juan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3686462/2019-kontribusi-koperasi-dan-ukm-bakal-meningkat-terhadap-ekonomi-rihttps://desimpul.blogspot.com/2018/11/2019-kontribusi-koperasi-dan-ukm-bakal.html
No comments:
Post a Comment