Jakarta, Gatra.com - Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby berpendapat bahwa pemilu Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat, yang memiliki popular vote dan electoral vote, terkait kemungkinan hasil pemilu 17 April nanti yang berbeda dengan survei.
Hal ini disampaikan Adjie dalam diskusi publik "Prediksi Situasi dan Membaca Dinamika Pemilu 2019 dalam Perspektif Sosial Politik dan Keamanan", Selasa (9/4). "Selisih suara Trump dan Hillary hanya 4 %," ujar Adjie. Hillary Clinton menang dalam popular vote, meskipun kalah dalam electoral vote.
Adjie menambahkan kasus pemilihan presiden juga tidak dapat disamakan dengan Pilkada Jawa Tengah dan Jawa Barat ketika ada lonjakan menjelang akhir pemilihan.
Menurut Adjie, rata-rata lembaga survei terkemuka menunjukkan keunggulan pasangan calon 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebesar 15% dibandingkan pasangan 02 yakni Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Sedangkan pemilih yang belum menentukan pilihan hanya 10%. Hal ini membuat pasangan 02 sulit mengejar 01.
"Suara undecided voters masih belum cukup bagi oposisi untuk memenangi pemilu" ujar Adjie. Menurutnya, oposisi harus dapat meyakinkan pemilih mengenai pentingnya perubahan.
Meskipun petahana sudah unggul, petahana sebaiknya tetap memobilisasi pemilihnya untuk datang saat pencoblosan (get out vote). "Dinamika suara masih dapat berubah melalui fenomena golput" tutup Adjie.
Reporter : SDA
Editor: Bernadetta Febriana
https://www.gatra.com/rubrik/nasional/pilkada-pilpres/408932-Hasil-Pemilu-Beda-Dengan-Suvey-LSI-Denny-JA-Kita-Beda-dengan-AShttps://desimpul.blogspot.com/2019/04/hasil-pemilu-beda-dengan-suvey-lsi.html
No comments:
Post a Comment