Pages

Saturday, November 3, 2018

Runtuhnya Tembok Rasial USA di Tangan Keturunan Pengembala

RAKYATKU.COM -- Amerika Serikat punya sejarah rasial yang cukup panjang. Negara ini tidak pernah dipimpin oleh orang berkulit hitam. Hingga akhirnya, 4 November, 10 tahun lalu, seorang keturunan pengembala kambing meruntuhkan tembok rasial itu. 

Dia adalah Barrack Obama. Dia besar dari keluarga kecil pengembala kambing di Desa Nyangoma-Kogelo di Kenya, Afrika. Dia mengalahkan seorang politikus tangguh sekaligus mantan ibu negara (Hillary Clinton) dalam konvensi Partai Demokrat. Setelah itu, dia menang melawan mantan pahlawan perang John McCain, capres Partai Republik.

Barrack Hussein Obama II lahir pada 4 Agustus 1961. Ayahnya adalah orang Kenya, sementara ibunya adalah gadis berkulit putih asal Kansas, Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari BBC, saat usianya enam tahun, sang ibu, Ann Dunham, menikah dengan seorang pria Indonesia, Lolo Soetoro. Mereka pun pindah ke Jakarta, ke Menteng Dalam, yang kemudian menjadi kampung halaman keduanya saat belia.

Lidahnya merasakan kelezatan makanan yang dijual pedagang keliling, seperti bakso, nasi goreng, dan satai.

Barry--demikian ia akrab dipanggil saat bocah--menuntut ilmu di sekolah berbahasa Indonesia.

Pertama ia menuntut ilmu di Sekolah Santo Fransiskus Asisi. Kemudian, Obama pindah ke SD Negeri Besuki.

Obama tak lama berada di Indonesia. Ia kembali ke Hawaii dan tinggal bersama kakek dan neneknya.

Setelah lulus dari Columbia University di New York, Obama bekerja selama tiga tahun sebagai staf lembaga sosial di permukiman kaum miskin di Chicago. Ia kemudian sekolah lagi di Harvard Law School dan menjadi Presiden Harvard Law Review.

Barack Obama terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat di usianya yang masih muda, 47 tahun.

Hingga hari itu, sulit untuk membayangkan Presiden AS dijabat seseorang yang bukan "kulit putih". Dia dinyatakan menang dengan hasil raihan suara cukup telak atas John McCain, 349 berbanding 163 electoral votes. 

Menurut perhitungan popular votes yang dikumpulkan Rabu pagi, Obama mengalahkan John McCain asal Arizona dan meraih 63 juta lebih suara, sementara McCain mengumpulkan kurang lebih 56 juta suara.

Tembok rasial antara kaum kulit putih dan kulit hitam yang selama ini mewarnai sejarah Amerika Serikat sejak pidato tokoh kulit hitam Martin Luther King, Jr telah hancur.

Dalam pidatonya sehari kemudian, Obama menyebut kemenangannya adalah milik Amerika Serikat.

"Jika seseorang di luar sana yang masih meragukan bahwa Amerika Serikat adalah tempat di mana segala hal menjadi mungkin, pada mereka yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para pendiri (AS) masih bertahan hingga saat ini, yang masih mempertanyakan kekuatan demokrasi. Malam ini adalah jawabannya," kata Obama dalam pidato kemenangannya 5 November 2014.

Walau hanya sebentar menetap di Indonesia, ingatan masa kecilnya tetap melekat dalam pikiran Obama.

Saat berkunjung kembali ke Indonesia 2010 lalu, Obama mengungkapkan suka citanya. Ia mengatakan, Ibu Kota yang dikenalnya dulu sudah banyak berubah.

"Menyenangkan sekali berada di sini," sebut Obama seperti dikutip dari Daily Beast, Rabu (21/6/2017).

Let's block ads! (Why?)

RAKYATKU.COM -- Amerika Serikat punya sejarah rasial yang cukup panjang. Negara ini tidak pernah dipimpin oleh orang berkulit hitam. Hingga akhirnya, 4 November, 10 tahun lalu, seorang keturunan pengembala kambing meruntuhkan tembok rasial itu. 

Dia adalah Barrack Obama. Dia besar dari keluarga kecil pengembala kambing di Desa Nyangoma-Kogelo di Kenya, Afrika. Dia mengalahkan seorang politikus tangguh sekaligus mantan ibu negara (Hillary Clinton) dalam konvensi Partai Demokrat. Setelah itu, dia menang melawan mantan pahlawan perang John McCain, capres Partai Republik.

Barrack Hussein Obama II lahir pada 4 Agustus 1961. Ayahnya adalah orang Kenya, sementara ibunya adalah gadis berkulit putih asal Kansas, Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari BBC, saat usianya enam tahun, sang ibu, Ann Dunham, menikah dengan seorang pria Indonesia, Lolo Soetoro. Mereka pun pindah ke Jakarta, ke Menteng Dalam, yang kemudian menjadi kampung halaman keduanya saat belia.

Lidahnya merasakan kelezatan makanan yang dijual pedagang keliling, seperti bakso, nasi goreng, dan satai.

Barry--demikian ia akrab dipanggil saat bocah--menuntut ilmu di sekolah berbahasa Indonesia.

Pertama ia menuntut ilmu di Sekolah Santo Fransiskus Asisi. Kemudian, Obama pindah ke SD Negeri Besuki.

Obama tak lama berada di Indonesia. Ia kembali ke Hawaii dan tinggal bersama kakek dan neneknya.

Setelah lulus dari Columbia University di New York, Obama bekerja selama tiga tahun sebagai staf lembaga sosial di permukiman kaum miskin di Chicago. Ia kemudian sekolah lagi di Harvard Law School dan menjadi Presiden Harvard Law Review.

Barack Obama terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat di usianya yang masih muda, 47 tahun.

Hingga hari itu, sulit untuk membayangkan Presiden AS dijabat seseorang yang bukan "kulit putih". Dia dinyatakan menang dengan hasil raihan suara cukup telak atas John McCain, 349 berbanding 163 electoral votes. 

Menurut perhitungan popular votes yang dikumpulkan Rabu pagi, Obama mengalahkan John McCain asal Arizona dan meraih 63 juta lebih suara, sementara McCain mengumpulkan kurang lebih 56 juta suara.

Tembok rasial antara kaum kulit putih dan kulit hitam yang selama ini mewarnai sejarah Amerika Serikat sejak pidato tokoh kulit hitam Martin Luther King, Jr telah hancur.

Dalam pidatonya sehari kemudian, Obama menyebut kemenangannya adalah milik Amerika Serikat.

"Jika seseorang di luar sana yang masih meragukan bahwa Amerika Serikat adalah tempat di mana segala hal menjadi mungkin, pada mereka yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para pendiri (AS) masih bertahan hingga saat ini, yang masih mempertanyakan kekuatan demokrasi. Malam ini adalah jawabannya," kata Obama dalam pidato kemenangannya 5 November 2014.

Walau hanya sebentar menetap di Indonesia, ingatan masa kecilnya tetap melekat dalam pikiran Obama.

Saat berkunjung kembali ke Indonesia 2010 lalu, Obama mengungkapkan suka citanya. Ia mengatakan, Ibu Kota yang dikenalnya dulu sudah banyak berubah.

"Menyenangkan sekali berada di sini," sebut Obama seperti dikutip dari Daily Beast, Rabu (21/6/2017).

Let's block ads! (Why?)

https://desimpul.blogspot.com/2018/11/runtuhnya-tembok-rasial-usa-di-tangan.html

No comments:

Post a Comment