Bisnis.com, NEW YORK — Corteva Agriscience, perusahaan agribisnis multinasional yang berbasis di Amerika Serikat, berencana untuk melakukan ekspansi ke sejumlah negara di Asia dengan menggunakan metode pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas petani.
Chief Executive Officer Corteva Agriscience Jim Collins mengatakan bahwa pasar Asia Pasific tumbuh sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir, begitu juga dengan sektor pertanian. Menurutnya, Asia Pasific memiliki potensi yang besar untuk terus bertumbuh sehingga tidak ada alasan bagi perseroan untuk tidak melakukan investasi.
“Kami ingin tumbuh di setiap pasar dan kami excited dengan kehadiran kami di Asia Pasific. Kami memiliki bisnis yang kuat di Asia Pasific dan ingin terus mencoba meningkatkan produksi pertanian dan membuat ketahanan pangan yang berkelanjutan,” katanya dalam konferensi pers usai pencatatan saham perdana di New York Stock Exchange, New York, Amerika, Senin (3/6) waktu setempat.
Presiden Asia Pasific Corteva Agriscience Peter Ford mengatakan bahwa tujuan Corteva masuk ke pasar Asia Pasific adalah memberikan edukasi kepada petani agar membangun sistem pertanian yang berkelanjutan sehingga bisa memberikan profit yang baik.
Meski market share kawasan Asia Pasific terhadap pendapatan Corteva hanya 10%, itu bukan berarti Corteva tidak memiliki concern terhadap kawasan tersebut. Menurutnya, ada sejumlah ekspansi yang sedang disiapkan perseroan untuk memperkuat pasar di Asia Pasific.
Di Indonesia misalnya, Corteva tengah dalam proses pengembangan pusat produksi benih padi hibrida. Untuk memperlihatkan keseriusannya, Bos Corteva Jim Collins sudah datang menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla pada akhir Maret 2019 untuk menyatakan minatnya tersebut.
“Seiring dengan upaya perseroan memberikan edukasi tentang manfaat padi hibrida, kami juga akan membangun pusat produksi benih kami di Indonesia. Kami memulainya dengan impor, dan segera kami memindahkan produksi benih buatan dalam negeri di Indonesia,” jelas Ford.
Bukan hanya di Indonesia, perseroan juga siap-siap berinvestasi di Vietnam. Vietnam juga menjadi pasar yang potensial dengan tenaga kerja besar dan iklim yang sesuai, terutama di wilayah Delta Mekong, untuk menanam padi dan jagung.
Ford belum menjelaskan secara detail terkait dengan investasi di Vietnam. Namun, perseroan berencana mengembangkan benih hibrida baru dengan metode yang juga baru, termasuk dengan memantau lahan pertanian dengan pesawat tanpa awak (drone) yang dapat meningkatkan produktivitas hingga 15%.
Drone akan memetakan dan memantau lahan pertanian dan benih yang sudah dilapisi dengan perlindungan terhadap hama dan penyakit sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan materi yang terlibat dalam penyemprotan lahan secara terus-menerus dengan pestisida.
Corteva memang mengandalkan teknologi tinggi dalam aktivitas pertaniannya dan menyatakan memiliki kemampuan untuk menghasilkan tanaman seperti jagung, beras, dan gandum yang tahan suhu ekstrem dan banjir.
Melalui teknologi, tanaman dapat memiliki gen yang direkayasa sehingga mereka tumbuh dengan baik, bahkan dalam kondisi cuaca buruk. Hal tersebut dinilai bisa meningkatkan panen.
Sebagai informasi, saham Corteva, Inc (NYSE: CTVA) resmi diperdagangkan di bursa saham New York Stock Exchange pada Senin (3/6) waktu setempat.
Corteva Agriscience resmi menjadi perusahaan mandiri setelah memisahkan diri dari DowDupont pada 1 Juni 2019. Adapun, DowDupont merupakan perusahaan hasil merger dari Dow Chemical Co. dan Dupont Inc. Corteva berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui dua bisnis utama, yakni pengembangan benih dan perlindungan hasil panen.
Hingga saat ini, Corteva Agriscience hadir di 140 negara. Pada akhir 2018, Corteva mencatatkan penjualan hingga US$14 miliar. Corteva memiliki lebih dari 150 fasilitas penelitian dan pengembangan, serta lebih dari 65 bahan baku aktif.
Corteva berkantor pusat di Wilmington, Delaware dengan pusat bisnis global di Johnston, Iowa dan Indianapolis (Indiana) dan lima kantor regional di Calgary (Kanada), Johannesburg (Afrika Selatan), Jenewa (Swiss), Singapura dan Alphaville, (Brasil).
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :
Aksi Korporasi
No comments:
Post a Comment