Pages

Wednesday, April 3, 2019

Konflik India-Pakistan: Facebook dan Twitter Terseret Perang Informasi - Mata Mata Politik

Facebook dan Twitter telah terseret dalam perang informasi yng menjadi bagian dari konflik India-Pakistan. Pertempuran narasi politik dan ideologis online ini adalah perang yang menurut militer Pakistan harus dimenangkan dengan cara apa pun, kata para analis. Juru bicara militer sering memperingatkan “perang generasi kelima” yang tidak konvensional sedang dilakukan terhadap Pakistan.

Oleh: Drazen Jorgic Alasdair Pal (Reuters)

Baca Juga: Jacinda Ardern: Hadapi Nasionalis Kulit Putih, PR Facebook Masih Banyak

Konflik India-Pakistan telah meluas di dunia maya. Juru kampanye media sosial Pakistan, Hanzala Tayyab, memimpin sekitar 300 pasukan siber ultra-nasionalis yang memerangi perang internet dengan musuh bebuyutannya, India, dalam pertempuran yang semakin melibatkan raksasa teknologi global seperti Twitter dan Facebook.

Tayyab, 24 tahun, menghabiskan hari-harinya di Facebook dan grup WhatsApp yang mengorganisir anggota kelompok Pasukan Siber ​​Pakistan-nya untuk mempromosikan konten anti-India dan membuat konten tersebut viral, termasuk di Twitter di mana ia memiliki lebih dari 50.000 pengikut.

Mulai dari menyoroti dugaan pelanggaran hak asasi manusia India hingga pemberontakan yang memerangi pasukan militer India di Kashmir, wilayah Himalaya yang disengketakan di jantung konflik India Pakistan.

M Hanzala Tayyab, 24 tahun, seorang juru kampanye media sosial dan analis dunia maya, sedang bekerja di depan komputer di sebuah kafe lokal di Islamabad, Pakistan 13 Maret 2019. (Foto: Reuters/Akhtar Soomro)

Pekerjaan Tayyab terhambat Senin lalu (1/4) ketika akun Facebook Pasukan Siber ​​Pakistan diturunkan. Salah satu dari 103 akun Pakistan di Facebook itu dihapus karena “perilaku yang tidak autentik” dan spam. Beberapa akun nasionalis India juga telah ditangguhkan dalam beberapa minggu terakhir.

Menganggap dirinya sebagai pejuang online yang membela Pakistan dari upaya India untuk mengacaukan negaranya, Tayyab berencana untuk terus memainkan perannya dalam perang informasi yang sedang diperjuangkan antara dua negara bersenjata nuklir ini.

Baca Juga: Facebook Umumkan Kebijakan Baru Larang Konten Nasionalis Kulit Putih

“Kami melawan narasi India melalui media sosial, kami melawan musuh-musuh Pakistan,” kata Tayyab kepada Reuters di Islamabad.

Dengan populasi gabungan sebanyak 1,5 miliar, India dan Pakistan adalah pasar yang menguntungkan untuk Facebook dan Twitter, kata para analis.

Tetapi dengan banyaknya kelompok ultra-nasionalis dan ekstremis yang bersaing di platform Facebook dan Twitter untuk memajukan agenda politik mereka, kedua perusahaan ini menghadapi tuduhan bias setiap kali mereka menangguhkan akun.

Facebook telah dilanda kontroversi di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir ini, termasuk karena tidak menangguhkan akun palsu yang mencoba mempengaruhi opini publik dalam pemilu Presiden AS 2016 dan mempengaruhi suara Inggris untuk mendukung Brexit, dan karena tidak bertindak untuk membasmi kebencian pada platformnya yang memicu kekerasan etnis di Myanmar.

Empat akun Facebook dan lebih dari 20 akun Twitter milik anggota Pasukan Siber ​​Pakistan telah ditutup dalam dua bulan terakhir, menurut Tayyab, yang masih marah pada Twitter karena menutup akun pribadinya pada tahun 2016.

Seorang juru bicara Twitter mengatakan: “Kami menjunjung ketidakberpihakan dan tidak mengambil tindakan berdasarkan sudut pandang politik.”

Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan tersebut tidak menghapus akun-akun Pakistan karena tekanan pemerintah India, tetapi karena orang-orang di balik akun-akun itu berkoordinasi satu sama lain dan menggunakan akun palsu untuk merepresentasikan diri mereka.

“Kami menangguhkan jaringan perilaku tidak autentik yang terkoordinasi ini karena perilaku menipu mereka dan bukan karena konten yang mereka bagikan, atau ideologi atau kecenderungan politik dari orang-orang di balik akun-akun tersebut,” kata Facebook.

GEJOLAK

Pakistan dan India hampir memicu perang pada bulan Februari, ketika mereka melakukan pengeboman udara terhadap wilayah masing-masing untuk pertama kalinya sejak perang tahun 1971 dan bertempur di langit Kashmir.

Gejolak itu disertai dengan perang propaganda sengit di media sosial.

Pertempuran narasi politik dan ideologis online ini adalah perang yang menurut militer Pakistan harus dimenangkan dengan cara apa pun, kata para analis. Juru bicara militer sering memperingatkan “perang generasi kelima” yang tidak konvensional sedang dilakukan terhadap Pakistan.

Facebook mengatakan pada hari Senin (1/4) bahwa 103 akun yang dihapus adalah bagian dari jaringan yang terhubung dengan karyawan dari unit hubungan masyarakat militer Pakistan.

Tayyab menyangkal Pasukan Siber Pakistan berkaitan dengan militer Pakistan, mengatakan bahwa kelompok itu terdiri dari sukarelawan.

Tetapi analis mengatakan pasukan siber seperti itu bekerja secara langsung baik untuk militer Pakistan atau organisasi sipil negara , bertindak sebagai proksi atau milisi de facto di medan perang online.

“Kelompok-kelompok yang didanai dan diorganisir ini sebenarnya semacam garis pertahanan untuk perang generasi kelima ini,” kata Shahzad Ahmed, dari kelompok pembela hak digital Pakistan, Bytes for All.

Baca Juga: Muslim Prancis Gugat Facebook dan YouTube atas Video Tragedi Christchurch

“KASUS PENGKHIANATAN”

Di India, kelompok-kelompok nasionalis serupa bermunculan dan berupaya membersihkan dan menghukum akun-akun yang mereka anggap kritis terhadap India―atau mendukung Pakistan―di media sosial.

Salah satu kelompok seperti itu, Clean the Nation atau Bersihkan Bangsa, mengatakan tindakannya telah menyebabkan lebih dari 50 orang yang telah mengunggah komentar anti-India dan komentar kritis terhadap militer India ditangkap dan diskors dari pekerjaan atau pendidikan.

“Ini adalah tanah air kami dan jika seseorang melecehkan pihak-pihak yang melindungi tanah air kami, yang benar-benar bertarung di lapangan, mereka seharusnya tidak diizinkan untuk bekerja di sini atau tinggal di sini,” kata Rahul Kaushik, salah satu pendiri kelompok itu, kepada Reuters. “Ini adalah kasus pengkhianatan, menurut pandangan kami.”

Kaushik mengatakan Bersihkan Bangsa tidak memiliki hubungan formal dengan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, meskipun ada salah satu pemimpin BJP yang memuji kelompok itu ketika kelompok itu didirikan pada akhir Februari, menyusul serangan oleh kelompok militan Pakistan di Kashmir yang menewaskan 40 pasukan militer India.

Dua pendiri Bersihkan Bangsa, Siddharth Kapoor dan Ashutosh Vashishtha, diikuti oleh Perdana Menteri India Narendra Modi di Twitter. Yang lain, termasuk Kaushik telah mengunggah foto pertemuan mereka dengan Modi dan anggota kabinet lainnya di media sosial.

Bersihkan Bangsa mengatakan beberapa akunnya telah ditangguhkan oleh Facebook bulan lalu. Tindakan itu tidak berhubungan dengan 549 akun dan 138 unggahan yang terkait dengan Partai Kongres oposisi India yang Facebook katakan telah dihapus.

Keterangan foto utama: Tentara India berpatroli di dekat perbatasan dengan Pakistan. (Foto: AP/Channi Anand)

Konflik India-Pakistan: Facebook dan Twitter Terseret Perang Informasi

Let's block ads! (Why?)

https://www.matamatapolitik.com/news-facebook-dan-twitter-terlibat-dalam-perang-informasi-india-pakistan/https://desimpul.blogspot.com/2019/04/konflik-india-pakistan-facebook-dan.html

No comments:

Post a Comment