Pages

Wednesday, November 7, 2018

Wawancara Andik Vermansah: Sujud Syukur di Warung Bakso

Bagaimana motivasi Andik menghadapi Piala AFF 2018?

Jujur saja entah mengapa saya memang sangat berharap bisa masuk dalam skuat Indonesia di Piala AFF 2018. Saya benar-benar melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari.

Sebelumnya mungkin sudah ada anggapan saya adalah langganan tim nasional, tapi entah mengapa di Piala AFF kali ini saya begitu menggebu-gebu bisa ikut bergabung.

Saya belum pernah juara. Prestasi terbaik saat final dua tahun lalu. Saat itu saya juga terkena musibah di pertandingan final dan merasa menyesal. Saya tetap bersyukur dan menganggap itu adalah cobaan untuk saya.

Ada kabar Andik kecewa karena awalnya tidak dipanggil mengikuti pemusatan latihan untuk Piala AFF 2018. Boleh diceritakan secara lengkap kronologisnya?

Saya sudah menunggu panggilan sejak Indonesia menghadapi Mauritius. Setelah Asian Games saya mengetahui ada persiapan untuk AFF. Saya benar-benar ingin masuk, tapi ternyata tidak dipanggil saat uji coba waktu itu. Menghadapi Myanmar saya tidak dipanggil. Sempat putus asa dan berpikir masa depan saya sudah habis. Saya benar-benar sulit mempercayainya.

Alhamdulillah, ketika menghadapi Hong Kong ada surat panggilan yang membuat saya kembali bergairah. Dua hari sebelumnya, saya ada di Kedah dan pemanggilan itu membuat saya merasa sangat bangga. Padahal kalau dipikir-pikir dulu tidak sampai seperti itu karena sudah biasa dipanggil Timnas Indonesia.

Coach Bima Sakti menghubungi saya untuk pertandingan menghadapi Hong Kong dan rasanya sangat senang sekali. Bahkan saya mendapat kesempatan bermain dan saya merasakan berat badan saya naik di pertandingan itu.

Setelah menghadapi Hong Kong, motivasi saya menjadi lebih besar. Saya sempat melihat berita kalau pelatih Hong Kong mengatakan saya pemain yang bagus dan berbahaya. Komentar itu menambah motivasi saya. Jujur komentar-komentar seperti itu menambah motivasi dan saya berlatih sungguh-sungguh di rumah.

Ketika sudah semakin dekat dengan persiapan terakhir Piala AFF, saya sampai bertanya dengan beberapa teman-teman soal kapan mulai berlatih. Lalu saya dengar Evan Dimas mengatakan tanggal 1 November, dan saat itu saya belum menerima panggilan. Saya sudah berpikir itu artinya saya tidak jadi dipanggil.

Pemain Timnas Indonesia, Andik Vermansah, salaman dengan Riko Simanjuntak saat latihan di Stadion Wibawa Mukti, Jawa Barat, Sabtu (3/11). Latihan ini persiapan jelang Piala AFF 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Sedih rasanya, bukan kesal. Namun, saya profesional, jadi harus menerima meskipun jujur saja merasa sedih. Bahkan saya sudah diminta kembali ke Kedah untuk berlatih. Tapi saya memutuskan untuk menahan keberangkatan saya karena hati masih gelisah. Setiap bangun tidur saya melihat ponsel karena berharap ada panggilan.

Panggilan tak kunjung datang, dan saya mulai berpikir kembali ke Kedah. Akhirnya saya ingat sebelum melakukan Salat Jumat, saya makan bakso bersama teman-teman. Saat itu Coach Bima menghubungi saya dan bergetar hati saya. Ketika dia bertanya apakah saya siap 100 persen, saya jawab siap.

Saya langsung sujud syukur di warung bakso tersebut. Saya hampir menangis. Saya merasa bangga sekali. Ini seperti pertama kali saya masuk tim nasional. Saya peluk semua teman saya waktu itu. Saya lepas sandal saya dan langsung sujud syukur di situ. Tidak tahu kenapa, tapi saya bangga sekali tahun ini bisa masuk Timnas Indonesia.

Merasa sangat bahagia dan bersyukur dengan panggilan ini, apakah ada nazar atau janji untuk Piala AFF kali ini?

Jujur tidak ada dan saya tidak mau bicara panjang lebar soal hal seperti ini. Saya hanya ingin memperlihatkan permainan terbaik di lapangan. Indonesia sudah lama tidak merasakan juara, dan saya ingin memberikan yang terbaik.

Momen yang paling sulit dilupakan di Piala AFF?

Kalau momen terbaik adalah gol tendangan bebas di Kuala Lumpur pada Piala AFF 2012. Jujur memang ada faktor keberuntungan, tapi saya memang niat melakukan umpan silang dengan tenaga yang besar. Alhamdulillah langsung masuk ke gawang.

Itu menjadi momen terbaik saya karena sebelumnya Indonesia tidak pernah menang menghadapi Singapura. Jelas itu adalah momen terbaik selain Piala AFF 2016 karena saat itu saya bisa bermain terus dalam setiap pertandingan hingga final leg pertama.

Kalau momen pahit yang sulit dilupakan adalah detik-detik nasib kami tergantung dengan Filipina dan bertanding menghadapi Singapura di babak grup Piala AFF 2016. Alhamdulillah saya bisa mencetak gol dan bisa mendapatkan penghargaan gol terbaik dari laga itu. Saya ingin mengulanginya lagi jika memang diberikan kesempatan.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bola/read/3686426/wawancara-andik-vermansah-sujud-syukur-di-warung-baksohttps://desimpul.blogspot.com/2018/11/wawancara-andik-vermansah-sujud-syukur.html

No comments:

Post a Comment