Dari video berdurasi satu menit itu kita bisa melihat bagaimana Anak Krakatau mengeluarkan lava. IFL Science melaporkan video itu merupakan bagian dari erupsi yang terjadi pada 24-28 Oktober.
Data satelit dari Smithsonian Institution National Museum of Natural History mengindikasikan ada abu yang mencapai ketinggian antara 914 - 2.130 meter. Selain itu, tampak dari video, kita bisa melihat adanya kilat petir gunung api.
Untuk terbentuknya kilat, diperlukan adanya pemisahan antara dua massa yang kemudian menjadi cukup besar untuk bisa melawan resistensi udara. Hal itu kemudian menciptakan listrik dalam bentuk kilat di udara.
Beberapa tahun terakhir, para peneliti telah berhasil mempelajari kilat petir gunung api dengan menggunakan emisi radio frekuensi sangat tinggi (VHF) dan juga gelombang elektromagnetiknya. Dijelaskan bahwa kilat petir gunung api terjadi dalam dua fase berbeda.
Ada fase erupsi yang di mana kilat petir terjadi secara intens dan terbentuk secara langsung atau setelah erupsi terjadi di dekat kawah, yang mengeluarkan partikel positif dari gunung api.
Lalu fase kedua, yaitu fase abu menunjukkan kilat petir yang terbentuk di corong abu yang keluar dari kawah. Masih belum diketahui dari mana asal partikel positif dari kawah itu. Namun diduga partikel positif pada material dari kawah terjadi karena proses pelepasan keluarnya dari kawah.
Ada satu teori yang mengatakan bahwa ketika erupsi dimulai, abu dari kawah yang awalnya netral menjadi positif karena panas dan juga pergerakan di dalam gunung api. Ketika abu netral itu mengalami kontak dengan objek elektrostatik lain, elektron bisa bergerak di antara keduanya, menghasilkan kilat petir.
Sekarang, mengutip Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) status Gunung Anak Krakatau berada pada tingkat waspada. Direkomendasikan agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekati kawah dalam radius dua kilometer.
Namun begitu, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, fenomena erupsi Gunung Krakatau bisa jadi potensi wisata. Menurutnya, Gunung Anak Krakatau tidak akan meletus besar.
"Gunung Anak Krakatau sering meletus itu untuk membuatnya dirinya tumbuh besar. Letusannya tidak akan besar karena dapur magma dan energinya tidak besar," cuit Sutopo di akun Twitter.
"Tidak akan letusannya seperti tahun 1883. Saat itu tiga gunung api di Komplek Gunung Krakatau meletus bersamaan," tambah dia.
Meski demikian, ia tetap mengingatkan agar tidak berada di dalam radius dua kilometer. "Di luar itu aman. Jalur pelayaran dan penerbangan aman semua," cuit dia.
No comments:
Post a Comment