Pages

Sunday, October 7, 2018

Pemimpin Hamas Angkat Suara pada Media Israel

Jakarta, CNN Indonesia -- Jika ada satu hal yang bisa disepakati antara Israel dan Hamas saat ini, maka hal itu adalah perang di Gaza semakin berpeluang tercipta, seperti halnya yang terjadi pada perang terakhir, empat tahun lalu.

Yahya Sinwar, pemimpin kelompok Hamas, memprediksi perang selanjutnya akan jadi yang paling parah. Ia menyatakan hal ini dalam wawancara yang dipublikasikan oleh harian Israel, Yedioth Ahronoth.

"Tidak bisa berakhir seperti (perang) yang ketiga, yang berakhir seperti yang kedua, yang berakhir seperti yang pertama," kata Sinwar kepada wartawan pewawancara, Francesca Borri, seperti dikutip dari CNN Internasional.

Sinwar menyatakan Israel pasti akan "menduduki Gaza". Namun pemimpin Hamas itu juga mengatakan bahwa tidak ada satu pihak pun yang akan diuntungkan perang baru.

Ini adalah wawancara pertama yang diberikan Sinwar pada media yang bukan berbahasa Arab sejak dirinya terpilih menjadi pemimpin Hamas pada Februari 2017.

Ia membicarakan serangkaian isu pada wawancara itu ---yang juga dipublikasikan di media Italia, La Republicca--- mulai dari serangan roket dan protes-protes di sepanjang jalur perbatasan Gaza-Israel, hingga negosiasi perdamaian.

Bentrok mingguan di Gaza, yang terkadang melibatkan ribuan rakyat Palestina, telah meningkatkan tensi antara Israel dan kelompok-kelompok militer di daerah itu sejak akhir Maret.

Prajurit Israel telah membunuh setidaknya 200 warga Palestina dalam bentrokan tersebut, demikian dinyatakan Kementerian Kesehatan Palestina, sementara ribuan lainnya terluka.

Israel menegaskan mereka sedang melindungi kedaulatan dari perusuh yang bertindak dengan kekerasan. Pada satu protes yang berlangsung di bulan Juli, seorang militan Gaza menembak seorang prajurit Israel.

Militan Gaza juga menembakkan lusinan roket ke arah Israel dalam beberapa bulan terakhir, yang kemudian dibalas oleh serangan udara.

Sejauh ini, Mesir dan PBB telah berhasil mencegah bentrokan itu berkembang lebih luas.

Militer Israel beberapa kali menyatakan bahwa "ketenangan akan dibalas dengan ketenangan" yang berarti Israel tidak akan menyerang Gaza jika militan Palestina berhenti melontarkan mortir pada daerah Israel.

Blokade di Gaza

Sinwar mengatakan pada Yedioth Ahronoth bahwa ia menyepakati prinsip itu, tapi memiliki pemahaman berbeda soal ketenangan.

"Ketenangan akan ditukar dengan ketenangan, dan bayaran untuk mengakhiri pertikaian," kata Sinwar, sembari menambahkan bahwa "pengepungan bukan ketenangan."

Dengan dalih keamanan, Israel dan Mesir telah menerapkan blokade pada Gaza sejak Hamas mengambil alih daerah itu pada 2007.

Saat ini, penduduk Gaza menghadapi kekuarangan obat, air minum bersih dan pasokan listrik -- dengan hanya ada empat jam listrik setiap hari.

Sinwar menyatakan bahwa jaminan terbaik dari ketenangan berkepanjangan adalah investasi, pembangunan, dan kesempatan bagi orang-orang untuk bekerja, belajar, dan berpergian ke luar negeri.

"Tidak ada solusi militer bagi masalah politik," katanya, mendukung upaya-upaya untuk terciptanya kesepakatan gencatan senjata yang baru antara militan Gaza dan Israel.

"Dalam kasus ini, hanya ada masalah politik."


Sinwar juga merujuk pada fakta bahwa pertempuran berdarah yang terjadi baru-baru ini membuat Gaza kembali jadi sorotan, tapi ia juga menyalahkan peliputan media.

"Kami hanya menjadi sebuah cerita, sebuah benda, ketika ada darah. Ini bukan hanya terjadi di sini. Jika tidak ada darah, tidak ada berita," katanya.

Awal pekan ini, muncul kecemasan bahwa akan berlangsung pertempuran baru setelah militer Israel mengumumkan tambahan pasukan di seputar Gaza.

Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Liberman, mencuitkan sebuah peringatan pada Hamas agar tidak meningkatkan eskalasi serangan.

"Libur telah usai dan kami sudah kembali berjalan seperti biasa dan saya menyarankan pemimpin Hamas untuk mempertimbangkan hal itu," ujarnya.

Wawancara Sinwar yang dipublikasikan secara penuh pada Jumat, memunculkan reaksi keras baik dari Hamas atau Israel.

Hamas tidak menampik wawancara itu benar terjadi, tapi mengklaim bahwa sang wartawan mengenalkan diri sebagai jurnalis dari media barat dan bukan Israel, dan menuduhnya dengan sengaja membingkai hasil wawancara untuk menguntungkan Israel.

Menteri Konstruksi Israel, Yoav Galant, menggunakan Twitternya untuk bereaksi.

"Yahya Sinwar adalah ular beracun yang coba menampilkan diri sebagai domba tak bersalah," ujar Galant.

(vws)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181007063831-120-336259/pemimpin-hamas-angkat-suara-pada-media-israelhttps://desimpul.blogspot.com/2018/10/pemimpin-hamas-angkat-suara-pada-media.html

No comments:

Post a Comment