Pages

Sunday, April 7, 2019

Catat! Ini Dia 5 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca hanya naik tipis 0,08% sepanjang pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki peluang untuk mencatatkan imbal hasil yang lebih oke pada pekan depan.

Namun, hal tersebut baru bisa terjadi jika sentimen dari dalam dan luar negeri mendukung.

Tim Riset CNBC Indonesia merangkum sejumlah sentimen yang berpotensi menentukan arah pergerakan IHSG pada pekan depan.

Aura Damai Dagang AS-China

Aura damai dagang antara AS dan China berpotensi membuat pelaku pasar mengincar instrumen berisiko seperti saham pada pekan depan. Sepanjang pekan ini, AS dan China menggelar negosiasi dagang selama 3 hari di Washington, pasca negosiasi digelar juga pada pekan lalu di Beijing.

Dalam negosiasi pekan ini di Washington, delegasi AS masih dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China tetap dikomandoi oleh Liu He yang merupakan Wakil Perdana Menteri.

Liu He mengatakan bahwa sebuah konsensus baru terkait dengan teks kesepakatan dagang kedua negara telah dicapai, seperti dilaporkan oleh media milik pemerintah China Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Lebih lanjut, Presiden China Xi Jinping melalui sebuah pesan yang dititipkan kepada Liu He mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa kedua belah pihak telah mencapai perkembangan yang baru dan substansial terkait dengan isu-isu penting bidang perdagangan dalam sebulan terakhir, masih dilaporkan oleh Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Xi mengatakan bahwa dirinya berharap kedua belah pihak akan terus bekerja bersama untuk menyelesaikan negosiasi terkait dengan teks kesepakatan dagang secepat mungkin.

Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China sudah semakin mendekati penyelesaian dan dapat diumumkan sekitar empat pekan lagi.

"Saya katakan kita akan tahu dalam empat pekan ke depan," kata Trump.

Sengkarut Brexit

Proses perceraian Inggris dan Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Brexit (British Exit) menjadi semakin runyam saja. Hingga kini, proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Theresa May sudah ditolak sebanyak 3 kali oleh parlemen, sementara semua opsi alternatif juga sudah dimentahkan.

Jika pimpinan negara-negara Uni Eropa tak mengabulkan permintaan Inggris untuk memundurkan tanggal resmi dimulainya Brexit menjadi 30 Juni, maka Inggris berpotensi meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (no-deal Brexit) pada tanggal 12 April.

Kalau sampai No-Deal Brexit benar terjadi, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.

Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka. Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.

Parahnya dampak dari No-Deal Brexit sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh Bank of England (BoE) selaku bank sentral Inggris. BoE telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

(NEXT)

(ank/dru)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20190407185051-17-65088/catat-ini-dia-5-sentimen-penggerak-pasar-pekan-depanhttps://desimpul.blogspot.com/2019/04/catat-ini-dia-5-sentimen-penggerak.html

No comments:

Post a Comment