JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi tawuran kembali terjadi di Jalan DR Saharjo kawasan Manggarai, Tebet dan di Jalan Sultan Agung kawasan Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (6/2/2019) kemarin.
Sejak Januari lalu, aksi tawuran terus terjadi di dua lokasi itu. Polisi belum menemukan adanya korban serta penyebab pasti rangkaian aksi tawuran itu.
"Belum ada laporan masuk dan temuan di lapangan korban luka atau jiwa," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Andi Sinjaya Ghalib, Selasa malam.
Baca juga: Pemicu Tawuran Berulang di Pasar Rumput Belum Diketahui
Kendati tak ada korban jiwa, aksi tawuran sangat mengganggu masyarakat. Pengendara terjebak dan tak bisa lewat.
Pada tawuran yang pecah Sabtu malam pekan lalu, sejumlah fasilitas di Halte Transjakarta Pasar Rumput, rusak. Selain kaca halte yang pecah, tawuran juga menggangu operasional bus. Pada saat tawuran pecah, bus transjakarta rute Pulogadung-Dukuh Atas (Koridor 4) sempat dialihkan melalui jalan Proklamasi, Jakarta.
Kerusakan fasilitas publik itu bukan yang pertama. Tawuran yang terjadi pada 24 Agustus 2018 juga mengakibatkan kaca halte dan LED TV yang menampilkan informasi kepada pelanggan pecah.
Aksi-aksi kekerasan itu terus terjadi tanpa diketahui akar masalahnya. Yang pasti, tawuran melibatkan para pemuda setempat.
"Akar masalah pastinya kami akan cek, teliti dulu. Banyak, macam-macam isu masalah ini. Hanya daripada tidak valid, lebih baik kami dalami dulu," kata Andi.
Kepolisian juga belum mengamankan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas aksi brutal tersebut maupun mereka yang terlibat. Penanganan yang dilakukan sebatas razia.
"Kami lakukan razia di gang-gang dan tempat-tempat kumpul anak muda saja karena belum ditemukan korban-korban luka atau jiwa," ujar Andi.
Lingkungan jadi pemicu
Baca juga: Pemkot Jaksel Ambil Rekaman CCTV di Lokasi Tawuran di Pasar Rumput
"Itu soal biasa. Mereka pasang petasan gitu ya, euforia petasan dari kampung sebelah menuju kampung sebelah terpiculah emosi mereka," kata Taufan.
Taufan yang sebelumnya menjabat Kepala Suban Kesbangpol Jakarta Selatan itu mengatakan, tak mudah mengatasi tawuran di Manggarai. Latar belakang warga dan kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab tawuran kerap terjadi.
Berdasarkan data kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2017, Kelurahan Manggarai Selatan, yang berada di sekitar Jalan DR Saharjo tempat terjadi tawuran, merupakan kelurahan terpadat kedua di Jakarta Selatan. Kepadatannya mencapai 52.979 jiwa per kilometer persegi.
Sementara kelurahan dengan tingkat kepadatan tertinggi ketiga yakni Pasar Manggis yang berada di sekitar Pasar Rumput. Kepadatannya mencapai 40.726 jiwa per kilometer persegi.
Padatnya penduduk dengan latar belakang kemiskinan diduga telah menjadi penyebab mudahnya tawuran terjadi.
"Bayangkan kalau dalam satu rumah, satu rumah itu tiga kepala keluarga, bayangkan. Rumah kecil 4x6 meterlah," kata Taufan.
Kemiskinan bagai lingkaran setan yang menjerat setiap keluarga. Banyak anak yang putus sekolah dan pemuda usia produktif yang menganggur. Mereka tak punya sarana untuk mengekspresikan diri selain lewat kekerasan.
"Mereka yang (masih) kecil-kecil juga berkelompok. Ngegeng, ada gengnya. Ada (namanya) Kembang Mekar... Pekerjaan enggak ada," ujar Taufan.
Menurut dia, untuk menyelesaikan masalah tawuran di Manggarai dan Pasar Rumput perlu langkah komprehensif. Ia mengatakan, semua sektor pemerintahan mulai penataan tata ruang, pendidikan, UMKM, ketenagakerjaan, hingga kerohanian, perlu turun tangan membina warga.
"Jadi memang harus komprehensif, panjang. Bukan sekali benturan ini diberi penyuluhan gitu," kata Taufan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/06/08342381/tawuran-terus-berulang-di-saharjo-dan-pasar-rumputhttps://desimpul.blogspot.com/2019/02/tawuran-terus-berulang-di-saharjo-dan.html
No comments:
Post a Comment