Pekanbaru, Gatra.com - Konflik internal yang mendera suatu partai berpeluang menggerus raihan suara. Hal itu dikatakan pengamat politik Univesitas Riau, Tito Handoko.
Menurut Tito, riak-riak di internal partai bakal menguras energi saat mengarungi tahun politik. Bukan hanya itu, gejolak di internal partai dapat menjadi penilaian buruk masyarakat.
"Apalagi kalau sempat terjadi dualisme struktural. Itu pasti bakal lebih berimbas dibanding yang pengurusnya masih solid," ungkapnya kepada Gatra.com, Jum'at (8/2).
Beberapa partai belakangan ini memang punya riwayat konflik internal. Hal ini bukan hanya mendera partai partai lawas semisal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), melainkan partai yang tergolong baru seperti Partai Hanura.
Tito menambahkan, deraan semacam itu bakal memperlemah mesin partai menghadapi tantangan pemilu, sebut saja perangkulan suara kaum milenial.
"Milenial ini kan persentasenya mencapai 40% dari lebih kurang 190 juta pemilih untuk pemilu April mendatang. Perangkulan mereka tentu membutuhkan usaha yang tergolong berat. Dan partai semestinya ada dalam posisi siap bukannya ribut," ungkapnya lagi.
Ada pun kesolidan mesin partai diperlukan mengingat ambang batas parlemen yang mencapai 4%. Angka tersebut tergolong tinggi bagi sejumlah parpol. Sejumlah amatan pun menyebutkan partai semisal Hanura yang dilanda konflik bakal sulit untuk menembus Senayan.
Tito pun menyebut mengincar suara kalangan milenial sebagai pilihan rasional untuk mendulang suara pada pemilu April mendatang. Meski begitu, dia mengingatkan, perangkulan pemilih milenial tidak semenarik dan segampang yang dipikirkan banyak orang.
"Memang mereka dicirikan sekelompok orang yang melek teknologi dan meluangkan waktu dengan gadget belasan jam. Tapi soal politik, mereka cenderung kurang idealis,kebanyakan rasional dan kritis. Artinya pendekatan tak bisa dilakukan secara spontan," ujarnya.
Reporter: Febri Kurnia
Editor: Mukhlison
No comments:
Post a Comment